Jawaban untuk Prestasi Anies dan Ganjar Apa sih?

· | JOE HOO GI | 12/02/2023
Jawaban Untuk Prestasi Anies dan Ganjar Apa Sih?Ganjar bukan Anies yang dapat leluasa mengganti walikota seenaknya udel sebab para kepala daerah di Jawa Tengah tidak ditunjuk gubernur. Para walikota dan bupati dipilih rakyat melalui pemilihan umum

JOEHOOGI.COM - Saya akan memulainya dengan membedah prestasi Anies yang selalu digadang-gadang oleh para pendukungnya yang selalu membanggakan Jakarta International Stadium (JIS), Formula E, dan membangun trotoar, jembatan penyeberangan serta taman-taman kota yang memperindah Jakarta.

Anies Dari Dana JIS, Formula E, DP 0 Sampai OK OCE

Kita memulai dari JIS. Meskipun pembangunan stadion JIS bukanlah ide dari Anies --- Anies hanya melanjutkan pekerjaan gubernur sebelumnya atau uangnya berasal dari pemerintah pusat melalui dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) --- tapi anggaplah JIS yang membangun Anies. Kalau keberadaan JIS dianggap prestasi, lantas apa manfaat stadion JIS seharga Rp4,5 triliun?. 

Kalau memang stadion JIS dibangun untuk masyarakat Jakarta, seharusnya masyarakat Jakarta bisa menggunakannya. Tapi kenyataannya tidak demikian sebab fasilitas yang high class, biaya perawatan Rp 60 miliar pertahun dan sewa JIS yang luar biasa mahalnya. Jangankan ada pertandingan Bola tingkat kelurahan, Persija saja sampai tulisan ini dibuat belum bisa menggunakannya untuk home base di Liga Indonesia. 

Konklusinya, sampai sekarang fungsi JIS hanya sebuah kebanggaan semu sebab masyarakat Jakarta hanya memandanginya dari kejauhan. Tidak bisa memasuki stadion dengan bebas, apalagi menggunakan.

Siapa yang kemarin menyaksikan Formula E balapan mahal di sirkuit dadakan Ancol itu? Lagi-lagi hanya orang kaya yang bisa menontonnya. Sedangkan sebagian besar masyarakat Jakarta tidak mampu membeli tiketnya. Di samping itu lebih banyak masyarakat Jakarta yang tidak mau peduli lagi siapa nama pembalapnya dan siapa tim konstruktornya. 

Setelah Forumula E selesai justru membawal masalah yang ampai sekarang transparasi audit keuangan dari event yang ratusan miliar itu belum menampakkan hasil kejelasan. Keuntungan dari sisi penyelenggaraan pun sampai sekarang  masih kabur dan tidak ada keuntungan yang bisa didapatkan untuk masyarakat Jakarta.

Baru dua prestasi Anies yang saya bahas di sini tapi kita sudah bisa mendapat dua benang merah. Selain tidak bermanfaat untuk rakyat, program Anies ini terlalu mahal dan berkesan mercusuar. Tipikal program yang hanya memenuhi ego gubernurnya agar Anies dianggap luar biasa, fenomenal dan berprestasi internasional.

Padahal dana JIS dan Formula E kalau mau digunakan yang lebih bermanfaat sebenarnya bisa. Misalnya untuk penanggulangan banjir, pembenahan daerah kumuh, menuntaskan program DP Nol Persen dan OK OCE yang tidak lain janji kampanye Anies.

Tapi bukankah pembangunan taman, jembatan penyeberangan dan trotoar itu sangat bermanfaat untuk masyarakat Jakarta? Betul hanya saja pembangunan semacam itu kerjaan sekelas bupati atau walikota dan bukanlah pekerjaan prestasi fenomenal yang dapat dibanggakan sekelas gubernur. Para kepala daerah di Jawa Tengah juga membangun trotoar, jembatan penyeberangan dan taman yang tidak kalah menariknya.

Ganjar Dari Program Gotong Royong Sampai Bus Trans Jawa Tengah

Lantas Ganjar Pranowo prestasinya apa? Sebagai gubernur, tugas Ganjar bukan membangun proyek yang besar dan mahal dengan dana triliunan rupiah. Tugasnya lebih bersifat sebagai jembatan antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten kota. Ganjar mengkoordinasi 35 bupati dan walikota agar pembangunan dan program selaras dengan kebijakan Nasional.

Ganjar bukan Anies yang dapat leluasa mengganti walikota seenaknya udel sebab para kepala daerah di Jawa Tengah tidak ditunjuk gubernur. Para walikota dan bupati dipilih rakyat melalui pemilihan umum, punya wilayah dan otonomi sendiri. Banyak yang berbeda partai sehingga tidak selalu sepaham garis kebijakannya.

Meskipun demikian Ganjar bisa membangun sistem koordinasi yang bagus. Program nasional pengentasan kemiskinan berhasil dilaksanakan Jawa Tengah dengan baik. Buktinya, dalam sembilan tahun terakhir sejak Ganjar pertama menjabat tahun 2013 tidak ada provinsi lain yang bisa menurunkan angka kemiskinan lebih besar dari Jawa Tengah. Data BPS mencatat dalam kurun waktu 2013-2022 kemiskinan Jawa Tengah turun 873.430 orang. Lebih tinggi dari Jawa Barat 684.530 ribu, dan Jawa Timur 311.670. Sebaliknya DKI  Jakarta justru masyarakat miskinnya bertambah 126 ribu jiwa.

Resepnya mengandalkan pekerjaan dengan methode gotong royong. Sebagai contoh program 1000 embung yang dicanangkan Ganjar pada tahun 2015. Sebelumnya di Jawa Tengah total embung hanya sekitar 300-an unit. Program ini tidak hanya berhasil tapi bahkan melampaui target. Kini ada 1135 embung yang dibangun di Jawa Tengah.

Apakah dana dari Ganjar untuk pengeluaran dana pembangunan? Tidak. Ada dana dari pusat, provinsi, kabupaten kota, dan CSR perusahaan swasta. Bahkan pemerintah desa menyumbangkan tanah kas desa untuk lokasi embung. Ada juga seorang petani bernama Subari dari Kendal yang mewakafkan tanahnya 1800 meter persegi agar dibangun embung dengan dana provinsi.

Program gotong royong lainnya misalnya rehabilitasi rumah tidak layak huni. Sejak 2013 sudah 1,04 juta rumah warga Jawa Tengah yang dibangun menjadi layak huni. Satu juta rumah lebih!. Tidak hanya melibatkan pemerintah pusat sampai daerah tapi juga masyarakat desa. Mereka sambatan dengan suka rela membangun rumah tetangganya.

Masih ada lagi penyediaan rumah murah untuk warga lewat program Tuku Lemah Oleh Omah (Beli Tanah Dapat Rumah). Ini diperuntukkan keluarga miskin yang belum punya rumah dan masuk dalam Data Terpadu Kesehateraan Sosial (DTKS). Warga cukup punya tanah saja lantas pembangunannya dibantu dari dana Provinsi senilai Rp 35 juta dan padat karya Rp 1,8 juta. Warga yang tak punya tanah bisa membeli tanah yang disediakan pemerintah kabupaten dengan harga murah. Bisa mengangsur juga dengan DP nol persen. Ironis jika janji Anies yang DP nol persen malah ditunaikan oleh Ganjar.

Ini gotong royong semua elemen di Jawa Tengah yang bersinergi dan saling bekerja sama untuk membangun daerahnya demi menunanaikan azas kemanfaatan yang nyata. 

Program yang khusus dari provinsi juga ada. Pertama yang paling saya suka adalah SMK Jawa Tengah. Ini sekolah boarding (berasrama) pertama di Indonesia yang 100 persen gratis untuk siswa dari keluarga tidak mampu. Mereka yang terancam putus sekolah dan masa depannya yang suram tapi sekarang dapat menjadi pegawai di perusahaan yang bonafide bahkan dapat bekerja di luar negeri. Penghasilannya bisa belasan bahkan puluhan juta per bulan. Bisa membelikan sawah untuk ayahnya dan memperbaiki rumah, beli mobil dan sebagainya. Ribuan keluarga yang semula berkategori miskin ekstrim, kini terangkat strata ekonominya. 

Sebagai informasi.SMK Jawa Tengah full boarding ada di tiga wilayah di Jawa Tengah: Kota Semarang, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Pati. Saat ini sedang dirintis sekolah semi boarding yang ditempelkan di SMK-SMK di 15 kabupaten. Bayangkan kalau sekolah semacam ini ada masing-masing 3 saja di setiap provinsi di Indonesia.

Pemprov Jawa Tengah juga membangun sistem transportasi massal Bus Trans Jawa Tengah di 6 wilayah, memberikan bantuan gamelan kepada ratusan kelompok seni tradisi di desa-desa dan bantuan jamban untuk 42 ribu warga. Revitalisasi 79 pasar tradisional, insentif untuk guru ngaji dan pengajar keagamaan lainnya. Di Jawa Tengah kini tercatat ada 818 desa wisata, 2300 desa mandiri energi, dan 177.256 UMKM yang didampingi dan dipromosikan lewat Lapak Ganjar di akun pribadi gubernurnya.

Lewat kerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Jawa Tengah, Ganjar mengumpulkan zakat ASN untuk pengentasan kemiskinan. Zakat ASN Jawa Tengah yang semula hanya 110 -an juta rupiah per tahun, kini melesat di 2022 mencapai hampir Rp 80 miliar.

Jika di Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil menggelontorkan dana Rp 1 triliun hanya untuk membangun satu masjid. Di Jawa Tengah dengan dana BAZNAS, Ganjar bisa memberi bantuan rehab dan pembangunan 694 masjid, 343 mushola, 226 TPQ, 585 pondok pesantren, 590 SD dan MI serta bantuan 185 lembaga. Selain itu dana BAZNAS juga digunakan untuk memberi beasiswa sekolah, pelatihan ribuan tenaga kerja dan modal usaha UMKM.

Kalau Anda piknik ke Karimunjawa, maka Anda akan melihat senyum sumringah warganya. Karena sejak Indonesia Merdeka, baru di era Ganjar ada listrik PLN 24 jam di sana. Tanpa perhatian gubernur Ganjar untuk melobi ke pihak PLN maka sampai sekarang listrik masih jadi impian di sana.

Tidak satupun program Ganjar yang bersifat mercusuar. Tidak ada bangunan besar nan megah atau menginternasional. Di saat yang sama, tidak ada satupun program dan pembangunan Ganjar yang tidak bermanfaat untuk rakyatnya.

Kalau kemarin ada anggota DPRD Jawa Tengah yang marah-marah karena Ganjar tidak datang rapat, maka ketidakhadiran Ganjar dapat dipermaklumkan sebab Ganjar memang dikenal sebagai gubernur yang tidak suka rapat. Dia lebih suka keluar kantor menemui rakyat langsung, mengecek pembangunan jalan atau sekolahan, menengok rakyatnya yang kebanjiran atau mengunjungi sentra industri pangan.

Ganjar dan Polemik Di Seputar Wadas Proyek Bendungan

Tentu saja Ganjar bukan malaikat. Dia bisa luput dan salah. Nyatanya ada kasus Wadas. Proyek Bendungan Bener itu menjadi perhatian Nasional karena sosialisasi dan tahapan awal yang bermasalah. Ganjar menjadi sorotan dan semua orang turut latah memaki, menuduhnya zalim dan biadab. Padahal Proyek Bendungan Bener bukan proyeknya Pemprov Jawa Tengah, melainkan milik Pemerintah Pusat (KemenPUPR Cq BBWS). Padahal yang menangkap dan memukuli warga bukan Satpol PP Pemprov Jawa Tengah melainkan dari pihak kepolisian.

Ketika kasus Wadas menjadi viral, semua yang harusnya bertanggung jawab justru terdiam. Ganjar yang pertama kali yang meminta maaf dan menyatakan diri bertanggung jawab. Ganjar mengusahakan pembebasan warga dan kemudian datang sendiri ke Wadas untuk berdialog. Proses dialog ini memang tidak mudah dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengurai masalah.

Sekarang dari 617 bidang hanya tinggal 8 bidang yang pemiliknya belum setuju pembebasan lahan. Oleh Ganjar pembebasan tanah warga dihargai tinggi. Bahkan tanaman di atas tanah juga dihitung. Ada yang dapat sampai Rp 7 miliar. Warga bisa membeli tanah lebih luas dan lebih subur untuk pertanian, membeli truk untuk usaha angkutan dan membuka restoran. 

Masalah lingkungan pun coba diselesaikan dengan kesepakatan bersama warga. Bahwa Batu Andesit Wadas hanya diambil untuk pembangunan Bendungan Bener. Setelah bendungan selesai, bekas tambang direklamasi dan diserahkan kembali pada warga. Mari sama berdoa semoga masalah Wadas segera rampung dan situasi desa dapat kondusif, aman, rukun, damai seperti sedia kala.

Konklusinya, program Ganjar memang tidak luar biasa sebab semuanya ditempuh bersama-sama melalui kerja gotong royong Pemprov Jawa Tengah, 35 Pemerintah Kabupaten Kota dan Ganjar sebagai pemimpinnya. (R. Roland Anziano, SH)

Follow JOE HOO GI








Baca Lainnya

    Artikel Terkait