Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an (Part 1)

· | JOE HOO GI | 16/01/2017
Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an Part 1Acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram 27-28 Juni 1993 yang berlangsung di salah satu villa yang memiliki aula di Kaliurang, Yogyakarta

JOEHOOGI.COM - Tulisan saya ini terbagi menjadi dua serial artikelSerial artikel pertama berjudul Mengenang Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an (Part 1) yang berlangsung di Kaliurang, Yogyakarta. Serial artikel kedua berjudul Mengenang Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an (Part 2) yang berlangsung di Lembang, Bandung.

Maksud dari postingan dua serial tulisan saya ini hanya sekedar berbagi nostalgia perjuangan dari kesaksian saya untuk mengenang lembaran peristiwa sejarah 23 tahun yang silam betapa proses perjuangan dari para aktivis Gerakan Mahasiswa era 1990-an banyak mengalami terjal rintangan, penuh tantangan dan ancaman resiko yang harus diambil sebagai pilihan demi untuk sebuah masa depan negeri yang lebih bermartabat, beradab dan demokratis sesuai amanat dari cita-cita Proklamasi Kemerdekaan. Semua tulisan ini merupakan copy paste dari catatan harian saya.

Minggu, 27 Juni 1993 

Kawan-kawan aktivis dari Unas Jakarta yang berjumlah tujuh orang sudah datang dan sementara bermalam di Ikatan Mahasiswa Universitas Janabadra Yogyakarta (IM-UJB). Beberapa tamu undangan dari aktivis luar Yogyakarta juga sebagian diinapkan di Mabes Dewan Mahasiswa dan Pemuda Yogyakarta (DMPY) yang tiada lain rumah kosong yang beralamat di Condong Catur jalan Garuda yang sebelumnya dijadikan tempat mangkalnya Mabes Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY). 
 
Mereka semua siap menghadiri acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram yang berlangsung di Kaliurang, Yogyakarta. Acara ini rencananya akan dipersiapkan di sebuah villa yang memiliki aula di Kaliurang.

Malam, di Mabes DMPY sedang berlangsung pertemuan rapat internal yang membahas secara tekhnis dan segala antisipasi keamanannya  pada acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram di Kaliurang. Selesai rapat pertemuan, kawan HDW membuat surat keterangan yang ditujukan kepada  50 LSM dan donatur perorangan tentang Makmun Mustafa dan Martimus Amien yang sudah bukan bagian dari anggota pengurus IM-UJB dan DMPY.

Senin, 28 Juni 1993 

Keberangkatan ke Kaliurang dalam acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram. Keberangkatan dimulai dari mabes DMPY. Saya sendiri sudah sampai di Mabes DMPY pada pukul 10.00 WIB. Wow, ternyata di Mabes DMPY sudah dipadati kawan-kawan peserta aktivis yang datang dari berbagai daerah.

Kawan-kawan aktivis dari Jakarta diwakili oleh Beathor Soeriadi, kawan-kawan dari Unas, ISTN dan IKIP. Kawan-kawan aktivis dari Bandung diwakili oleh kawan-kawan di luar ITB. Kawan aktivis dari Bali hanya diwakili kawan Gin Gin. Kawan aktivis dari Salatiga hanya diwakili kawan Wiwil dari UKSW. 
 
Kawan Semarang hanya diwakili kawan Dian (Lucas dan Poltak tak bisa hadir karena mereka mendekam di hotel prodeo akibat kasus haarzai artikelen yang melilitnya). Sementara kawan-kawan dari Yogyakarta hanya didominasi oleh kawan-kawan aktivis dari DMPY, sedangkan untuk kawan-kawan SMY tidak satupun terlibat dalam acara pertemuan ini.

Ada desas-desus yang saya dengar jika acara ini sudah diketahui oleh pihak aparat keamanan. Keberangkatan ke Kaliurang yang semula rencananya pukul 11.00 WIB membengkak molor sampai 13.30 WIB.

Pukul 14.15 WIB semua peserta tampaknya sudah berkumpul semua di Kaliurang. Semua peserta tanpa terkecuali ditempatkan pada sebuah villa murah namun memiliki fasilitas ruang yang besar. Villa ini hanya memiliki 5 kamar, sehingga satu kamar harus diisi lebih dari 5 orang. Tampaknya semua dari 5 kamar sudah terisi penuh, sehingga sisa peserta harus merelakan tidur di luar kamar.

Pertemuan diskusi dimulai pukul 18.00 WIB. Kawan Brotoseno yang membuka acara pertemuan ini dengan gayanya yang humoris. Brotoseno berpesan, siapa saja dari kawan-kawan aktivis yang hadir di sini boleh saling berdebat dan ngeyel, tapi kerukunan sesama kawan senasib seperjuangan tetap harus terjaga. Sebab, menurut Brotoseno, kerukunan inilah yang sulit terjaga dikalangan para aktivis, sehingga yang terjadi perpecahan di sana-sini. Tampaknya Brotoseno menyindir kawan-kawan aktivis FKMY yang terpecah menjadi dua kubu, DMPY dan SMY.

Pukul 20.00 WIB diskusi dalam stadium general telah dibuka. Kawan Brotoseno sebagai pembicara lebih awal mempresentasikan makalahnya yang berjudul Gerakan Mahasiswa Sebuah Tinjauan Kacamata Pasca Mahasiswa Antara Harapan dan Kenyataan. 

Seingat saya, makalah yang dipresentasikan oleh Brotoseno pernah menjadi artikel yang dimuat oleh Harian Bernas. Brotoseno dalam presentasi makalahnya banyak mengkritik Gerakan mahasiswa, di mana antara harapan dan kenyataannya justru saling mengalami crash. Brotoseno berharap agar Gerakan Mahasiswa yang merupakan kumpulan dari para aktivis pemuda dan mahasiswa mampu memadukan antara idealisme yang diperjuangkan dengan realitas sikap sehari-hari yang diperbuatnya. 


Brotoseno menilai betapa kondisi yang terjadi pada Gerakan Mahasiswa telah terjebak pada perilaku yang justru melemahkan dari perjuangan Gerakan mahasiswa itu sendiri. Brotoseno memberikan contohnya perihal perbedaan pendapat yang terjadi di antara kawan-kawan aktivis sendiri tidak dipandang sebagai keragaman pendapat yang penuh kerahmatan, tetapi justru sering diangap sebagai perpecahan sehingga munculnya faksi-faksi  tandingan yang saling penuh curiga di antara kawan-kawan aktivis sendiri. Menurut saya apa yang semua disampaikan oleh Brotoseno merupakan kritik yang terjadi pada perpecahan FKMY.

Setelah Brotoseno usai mempersentasikan makalahnya, satu jam kemudian disusul Anies Baswedan  yang mempresentasikan makalahnya berjudul Gerakan Mahasiswa Sebuah Tinjauan Kacamata Lembaga Intra Kampus. Anis hanya menyorot dari Gerakan Mahasiswa pada awalnya hanya sebagai luapan dari para aktivis lembaga intra kampus yang kritis melihat fenomenal sosial yang ada di depannya. 

Kalaupun kemudian para aktivis dari Gerakan Mahasiswa berada di jalur lembaga ekstra kampus seperti yang terjadi pada FKMY, perihal ini disebabkan solidaritas sesama aktivis mahasiswa antar lembaga intra kampus yang memiliki kepedulian yang sama pada akhirnya membentuk satu kesatuan jaringan kekuatan untuk bersama-sama intens dalam paguyuban kepedulian yang sama. Anies berharap agar kondisi Gerakan Mahasiswa harus mampu melepaskan kenangan dari para seniornya. 


Anis menawarkan bentuk-betuk baru dalam Gerakan Mahasiswa yang pesan-pesannya efektif mendapat respon dari rakyat, antara lain jika selama ini hanya jurnalis media cetak yang mau mengekspos setiap persoalan yang terjadi pada Gerakan Mahasiswa, maka selanjutnya ke depan yang menjadi harapan yang harus diwujudkan adalah jurnalis visual dan jurnalis audio seperti News TV dan News Radio dapat menayangkan Gerakan Mahasiswa. Dengan demikian pesan-pesan yang tersirat dalam Gerakan Mahasiswa dapat efektif direspon oleh rakyat. 


Menurut saya, tampaknya Anies lupa jika semua stasiun TV dikuasai oleh perusahaan yang memiliki jaringan saham dengan penguasa Orde Baru. Perihal stasiun Radio yang hidup di negeri yang penuh sensor dan pembredelan, tentunya tidak ada keberanian dari perusahaan Radio yang berani menyiarkan Gerakan Mahasiswa.

Setelah Anies disusul kemudian Nasruddin Sjah alias Iphun untuk mempresentasikan makalahnya. Tapi Iphun nampaknya tidak dapat mempresentasikan makalahnya karena ketidakhadirannya. Selanjutnya Firman Jaya Daeli mempresentasikan makalahnya berjudul Gerakan Mahasiswa Sebuah Tinjauan Kacamata Lembaga Ekstra Kampus. Kehadiran Firman Jaya meskipun merupakan kawan sendiri dari IM-UJB, tapi kali ini kehadirannya mewakili sebagai aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). 

Perihal makalah yang dipresentasikan oleh Firman Jaya, saya tidak dapat mengikutinya lagi, karena secara bersamaan saya ditugaskan berada di luar aula pertemuan untuk melakukan piket keamanan. Demikian juga saya juga tidak bisa mengikuti session dari presentasi makalah berujudul Gerakan Mahasiswa Sebuah Tinjauan Kacamata Aktivis Gerakan Mahasiswa: Format Gerakan Era 1990-an (Sebuah Tawaran) yang dibawakan oleh kawan ZH.

Sebagai catatan di sini, semua tulisan makalah tersebut di atas, saya masih menyimpannya dan sudah saya convert ke dalam format file PDF, sehingga kepada kawan-kawan Blogger yang ingin membacanya kembali dapat langsung kontak saya, saya akan membagikan link downloadnya secara gratis kepada anda yang membutuhkannya.

Ketika saya melakukan piket keamanan ternyata di luar dugaan banyak kawan-kawan saya sendiri masih melakukan kebiasaan lamanya dengan meminum alkohol dengan dalih mengusir udara berkabut dingin di puncak Kaliurang. 
 
Ada juga untuk mengusir udara berkabut dingin melalui kehangatan kontak seksual yang dilakukan sesama antar kawan aktivis yang berlainan jenis kelamin. Tentunya saya tidak dapat menyebutkan siapa-siapa dari kawan saya yang terlibat melakukan perbuatan ini. Tapi yang jelas perilaku itu saya lihat dan terjadi di depan mata saya.

Selasa, 29 Juni 1993 

Sekitar pukul 09.30 sampai 12.00 WIB, saya mendapat kesempatan sebagai moderator pada diskusi yang mengusung thema Posisi dan Peran Gerakan Mahasiswa Dalam Konstelasi Politik Ekonomi Saat Ini: Analisa Empirik. Kawan aktivis dari Unas tampil menyampaikan makalahnya, kemudian disusul oleh kawan aktivis dari UKSW
 
Pada diskusi ini ke dua dari kawan yang mempresentasikan makalahnya memberikan ide alternatif berupa saran tentang methode Gerakan Mahasiswa yang menjadi pilihan yang harus ditempuh. Sasaran yang menjadi obyek perlawanan harus tepat dan jelas. Siapa yang menjadi obyek perlawanan Gerakan Mahasiswa? Sistem Orde Baru kah? Militer kah? Suharto kah? Atau terbatas pada oknum-oknum saja? Atau justru perubahan secara struktural? Obyek perlawanan ini harus jelas dan tepat agar Gerakan Mahasiswa tidak terjebak pada idealisme yang absurditas.

Masih banyak para peserta dari aktivis yang hadir yang masih terjebak pada idealisme absurditas. Konyolnya lagi banyak kawan aktivis yang hanya sekedar ikut-ikutan untuk menambah pertemanan saja. Model hanya sekedar ikut-ikutan inilah yang merupakan realitas yang sering terjadi, gerakan spontanitas tanpa konsep.

Malam sekitar pukul 20.00 WIB, Iphun tampil sebagai pembicara mewakili Yogyakarta dalam diskusi yang berthema Pengorganisasian Mahasiswa Budaya Pop. Patut untuk dipertegas bahwa diskusi kali ini seharusnya merupakan wewenang tanggungjawab saya berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh DMPY dengan Nomor 09/Pan-Ta/DMPY/VI/1993, tapi berhubung saya berhalangan sehingga harus digantikan oleh kawan Iphun. Sementara kedudukanku menggantikan kawan Makmun Mustafa sebagai moderator karena kawan Makmun sudah keburu dicoret dari anggota kepengurusan IM-UJB dan DMPY.

Diskusi yang berthema Pengorganisasian Mahasiswa Budaya Pop ini telah mengingatkanku kepada komentar Bung Kontowijoyo di Simposium Nasional Cendekiawan Muslim, Malang, 6-8 Desember 1990 bahwa betapa anak-anak muda berjingkrak-jingkrak di ruang diskotik, tapi ironi sementara yang lainnya justru menanamkan semangat aksi moral solidaritas terjun bersama membela petani di Kedung Ombo dan para petani lainnya yang kehilangan tanah garapannya.

Dalam arus budaya pop telah terjadi pergeseran yang tragis pada mentalitas, sensibilitas dan moralitas abak-anak muda khususnya mahasiswa. Kondisi ini dapat dolohat mislanya film Langitku Rumahku tidak mendapat tempat di hati khayalak orang muda meskipun menang di hati para juri FFI 1990, sementara film Catatan si Boy menjadi serbuan anak-anak muda untuk menontonnya.

Rabu, 30 Juni 1993 

Acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram mulai diancam keresahan yang mendalam sehingga acara diskusi tidak dapat berjalan sesuai target jadwal yang ditetapkan. 
 
Ketakutan mulai menyelinap di setiap para aktivis dan segenap panitia penyelenggara. Kasak-kusuk dan was-was dari segala kemungkinan yang bakal terjadi yang tumbuh dari rasa ketakutan mulai bergeming sebab acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram ini sudah mulai diusik oleh pihak aparat keamanan. 
 
Oleh karena kondisi sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan acara ini , maka oleh panitia penyelenggara terpaksa acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram ini ditunda untuk sementara waktu dan akan dialihkan acara diskusinya di Mabes DMPY.

Sore hari saya tidak kembali lagi ke Mabes DMPY tapi harus balik ke rumah sehingga tidak dapat mengikuti kembali acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram yang rencananya akan berlangsung hingga selesai di Mabes DMPY.

Kamis, 1 Juli 1993 

Ketika pagi mulai menggantikan fajar, saya mendapat kabar kalau acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram yang berlangsung di Mabes DMPY kemarin malam telah diobrak-abrik oleh gabungan aparat keamanan kepolisian dan militer. Aparat keamanan kepolisian atas perintah Kapolwil Yogyakarta, Kolonel Drs.H.Anwari,SH, sedangkan aparat keamanan militer atas perintah Dandim Jogjakarta, Kolonel Unal Asri. Mendadak tanpa permisi, para aparat keamanan berseragam langsung memasuki Mabes DMPY ketika berlangsungnya acara Pertemuan Aktivis Gerakan Mahasiswa Era 1990-an se-Jawa, Se-Bali dan Se-Mataram.

Kawan-kawan aktivis yang ada di belakang rumah spontan berhamburan mencari keselamatan dengan cara meloncat dinding pagar tembok. Tapi sia-sia sebab ternyata dari arah belakang rumah pun sudah dilakukan pengepungan sehingga kawan-kawan yang sudah terlanjur meloncat ke luar pagar tembok rumah dengan mudah dapat ditangkap kembali. 

Penggeledahan untuk mencari barang bukti dilakukan secara paksa dan tanpa kompromi. Semua tas milik kawan-kawan aktivis digeledah satu persatu. Semua isi dalam almari dan laci-laci meja yang ada dalam kamar dibongkar. Beberapa laci dan almari yang terkunci tetap saja dibuka secara paksa. Tidak terkecuali kamar tidur Athonk Sapto Raharjo pun turut digeledah. 

Barang-barang privasi yang tidak ada kaitan dengan barang bukti pun turut disitanya, seperti lukisannya kawan Athonk yang tertempel di ruangan kamarnya juga turut diangkut. Bahkan sabuk jenis hel wibingset yang biasa dijadikan kawan Athonk sebagai assesorisnya juga turut dibawa oleh aparat keamanan. Lebih konyol lagi, koleksi kawan Athonk berupa majalah terbitan Jepang yang menyajikan perempuan-perempuan telanjang pun turut pula diangkutnya.

Model penggeledahan pun tidak bisa dibedakan mana petugas dan mana perampok yang asal main paksa dan angkut. Lukisan hasil karya seni dari kawan Marto Art pun turut pula diangkut. Alasan dari pihak keamanan menyita lukisannya Marto Art karena lukisannya menggambarkan sebuah karikatur seorang militer yang sepatu larasnya sedang menginjak kaki petani, yang menurut Kolonel Anual Asri dianggap sebagai lukisan yang menabur kebencian kepada pemerintah. 

Berkas-berkas arsip milik FKMY pun turut pula diangkut. Sebagian buku-buku sosial milik kawan Marto Art yang bisa dibeli di toko-toko buku pun turut pula diangkutnya. Dompet-dompet milik semua kawan aktivis pun digeledah secara paksa. Kumpulan name cards yang terselip di dalam dompet milik kawan-kawan aktivis pun turut pula disita. 
 
Semua dokumen tanpa terkecuali turut disita seperti lembaran berita, kliping koran, statement, buletin, makalah dan majalah kampus. Kaset video rekaman aksi keterlibatan kawan Yenny Rossa Damayanti di Mianmar dan surat politik kiriman aktivis dari Mianmar kepada kawan Yenny  yang dipinjam oleh kawan Japrak Haes pun juga turut disita.

Penggrebekan yang dilakukan oleh gabungan aparat keamanan secara represif ini kadang telah menjadikan rasa ketakutan yang sangat dalam bagi kawan-kawan aktivis yang baru memulai merintis.  Tak sedikit kawan-kawan aktivis mengalami kepanikan yang luar biasa sehingga secara spontan memasukkan surat-surat yang dianggapnya penting ke dalam tungku pemanas, sehingga kesan yang diperoleh oleh aparat keamanan, mereka sedang memasak air.

Tidak semua kawan aktivis turut ditangkap, melainkan cukup perwakilan saja yang akan diminta keterangannya nanti, antara lain kawan Heru Nongko, Heru Telo, A'am Sapulete, Syafei dan Wiwil. Konon intrograsi berlangsung di Polwil dari mulai pukul 02.15 sampai dengan 11.15 WIB. 
 
Ketika intrograsi berlangsung di Polwil, kondisi kawan-kawan diperlakukan baik-baik tanpa intimidasi. Tuduhannya mereka dianggap melakukan rapat gelap sehingga dapat dikategorikan melakukan tindak pidana anti subversib sesuai pasal 3 UU No.5/ PNPS/ 1963. Tapi kawan A'am menolak disebut melakukan rapat gelap, sebab acara pertemuan yang berlangsung di Mabes DMPY tiada lain untuk rapat aksi anti LSM, khususnya LSM yang menjelek-jelekan pemerintah Indonesia di luar negeri. Dalih yang dilakukan oleh kawan A'am justru memberikan posisi aman untuk semua kawan aktivis lainnya. Dengan demikian pihak penyidik mencabut semua tuduhannya.

Harian Kedaulatan Rakyat memuat insiden yang terjadi kemarin malam dengan judul Rapat Gelap Dibubarkan. Selanjutnya KR menyebutkan insiden yang terjadi tengah malam adalah Geger Garuda sesuai versi sandi dari pihak aparat keamanan. Maksud dari Geger Garuda adalah insiden penyergapan yang berlangsung di Mabes DMPY yang beralamat di Condong Catur, jalan Garuda.
Follow JOE HOO GI







Baca Lainnya

    Artikel Terkait