Aku Bela FPI Tapi Aku Kritik FPI

· | JOE HOO GI | 21/08/2020
Aku Bela FPI Tapi Aku Kritik FPIMereka yang kontra dan antipati dengan kiprah ormas FPI, tampaknya menilai betapa tidak idealnya FPI dalam penegakan amar makruf nahi munkar sebab dalam penegakannya selalu tidak pernah dibarengi dengan sikap keislaman yang rahmatan lil'alamin yang menjunjung tinggi nilai ukhuwah basyariyyah

JOEHOOGI.COM - Sudah 22 tahun usia berdirinya ormas Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia. Siapa saja dari anak bangsa Indonesia tanpa terkecuali sudah pasti akan mengenal dan mengetahui ormas FPI. Hanya saja dari setiap anak bangsa akan berbeda sudut pandangnya dalam melihat kiprah ormas FPI ini.

Bagi mereka yang pro terhadap kiprah FPI, perspektif mereka dalam melihat ormas FPI betapa FPI telah melaksanakan amar makruf nahi munkar. Sedangkan bagi mereka yang kontra terhadap kiprah FPI, perspektif mereka dalam melihat ormas FPI betapa FPI dalam kiprah aksi-aksinya bertentangan dengan Islam sebagai agama rahmatan lil'alamin.

Mereka yang kontra dan antipati dengan kiprah ormas FPI, tampaknya menilai betapa tidak idealnya FPI dalam penegakan amar makruf nahi munkar sebab dalam penegakannya selalu tidak pernah dibarengi dengan sikap keislaman yang rahmatan lil'alamin yang menjunjung tinggi nilai ukhuwah basyariyyah. 

Di satu sisi kiprah FPI yang melaksanakan amar makruf nahi munkar merupakan nilai sanjung untuk FPI yang turut membantu kepolisian dalam mengeliminasi para pelaku kriminal dan maksiat. Hanya saja jika amar makruf nahi munkar tidak dibarengi dengan semangat keislaman yang ramatan lil'alamin, maka yang terjadi justru tergerusnya nilai-nilai ukhuwah basyariyyah di tengah-tengah kemajemukan masyarakat yang multikultural.

Kalau saja karakteristik FPI yang amar makruf nahi munkar bisa dipadukan sikapnya dengan mencontoh sikap karakteristik ormas dari saudara tertuanya Nahdlatul Ulama yang lebih menonjolkan keislaman yang ramatan lil'alamin, maka akan menjadi nilai ideal untuk keberadaan FPI yang tentunya akan banyak disupport dari berbagai elemen masyarakat dari lintas agama dan budaya.

Saya sejak awal ketika milad FPI masih mencapai sekitar 10 tahun pernah berpikir perihal FPI yang ideal adalah jika FPI yang amar makruf nahi munkar mau join venture atau memadukan sikapnya kepada sikap karakteristik NU sebagai sedulur tuanya yang keislamannya cenderung rahmatan lil'alamain, maka akan memberi nilai presisi untuk FPI yang mendapat dukungan mayoritas dari anak bangsanya sendiri.

Realitas sampai hari ini tampaknya belum terjadi perubahan yang signifikan dalam sikap arogan FPI yang cenderung tidak mau menempatkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil'alamain, sehingga yang terjadi semangat amar makruf nahi munkar selalu berakhir dengan sikap intoleransi yang telah melukai perbedaan di tengah kemajemukan bangsanya yang multikultural sebagai korban.

Disinilah ekspresi dari sikap saya ketika memandang ormas Islam bernama FPI. Aku membela FPI karena realitasnya dari awal berdirinya sampai dengan usianya yang sudah mencapai 22 tahun FPI tetap konsisten memperjuangkan amar makruf nahi munkar. Sebaliknya aku kritik FPI karena realitasnuya dalam memperjuangkan amar makruf nahi munkar selalu tidak pernah dibarengi dengan sikap keislaman FPI yang rahmatan lil'alamin.

Kalau saya ilustrasikan dengan perumpamaan kepemimpinan yang ideal, betapa dibutuhkan sosok kepemimpinan sikap seperti Wali Songo. Di satu sisi memiliki ketegasan sikap amar makruf nahi munkar seperti sosok Muhammad Rizieq Shihab, tapi di sisi lain memiliki sikap keislaman rahmatan lil'alamin seperti sosok Habib Luthfi Bin Yahya. Begitu juga dengan keberadaan ormas Islam yang ideal bilamana amar makruf nahi munkar merujuk kepada FPI, tapi rahmatan lil'alamain merujuk kepada NU.

Tapi tampaknya saya pesimis dan harus berpikir ulang jika FPI mampu memadukan semangat keislaman rahmatan lil'alamain seperti NU sebab platform ideologi yang ada pada FPI dan NU ibarat air dan minyak yang tidak mungkin dapat dipersatukan. FPI masih memberikan ruang cita-citanya  kepada penegakan Khilafah Islamiyah bilamana terjadi perubahan secara mendasar kepada sistem kenegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebaliknya NU tanpa bergaining dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun tetap menempatkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai harga mati.Follow JOE HOO GI







Baca Lainnya

    Artikel Terkait