Politik Militer di Indonesia: Membedah Butiran Telur Busuk Dalam Keranjang

· | JOE HOO GI | 26/11/2016
Politik Militer Di Indonesia: Membedah Butiran Telur Busuk Dalam KeranjangAksi 4 November 2016 sampai aksi 2 Desember 2016, apakah murni aksi boleh kaum sipil ulama? Ataukah diam-diam ada konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya?

JOEHOOGI.COM - Membedah butiran telur dalam keranjang pasti ada satu, dua, tiga telur yang busuk dan retak. Dalam setiap sejarah revolusi, perlawanan kaum sipil di Indonesia meskipun dibungkus rapi dalam bingkai Demokrasi selalu saja ada konspirasi skenario  peranan  sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka amuk berdarah anak bangsa 1965 hingga diterbitkan Surat Sebelas Maret sebagai alat legitimasi prahara yang menelan 89 juta lebih nyawa anak bangsa sampai jatuhnya Sukarno dari kursi Presiden, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka huru-hara berdarah 15 Januari 1974 hingga diberhentikannya Jenderal Sumitro sebagai Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban sampai dicopotnya Letjend Soetopo Juwono sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka muntahnya peluru misterius berdarah 1982 yang mengekekusi mati para bromocorah bertato tanpa melibatkan proses peradilan, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka aksi Tanjung Priok berdarah 1984 hingga pengeboman candi Borobudur dan BCA 1985 sampai diadilinya Letjend Harsono Rekso Dharsono yang kesemuanya rentetan aksi peristiwa penolakan Asas Tunggal Pancasila, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka pembunuhan aktivis seorang buruh bernama Marsinah, seorang wartawan bernama Udin, seorang penggiat HAM bernama Munir, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka huru-hara berdarah 27 Juli 1996, tragedi penculikan para aktivis 1997 hingga huru-hara berdarah 1998 sampai mundurnya Suharto dari kursi presiden, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka tidak dipatuhinya Dekrit Presiden hingga terusirnya Gus Dur dari Istana Negara, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Lantas aksi 4 November 2016 sampai aksi 2 Desember 2016, apakah murni aksi boleh kaum sipil ulama? Ataukah diam-diam ada konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya? Wallahua'lam bish-shawabi.Saya akan menunggu sejarah untuk menoreh catatannya kembali.Follow JOE HOO GI







Baca Lainnya

    Artikel Terkait