Majalah Men’s Health pada tahun 2003 pernah membuat jajak pendapat perihal dari manakah sumber pertama kali para responden mendapatkan pengetahuan tentang seks? Hasilnya 17,2% responden menjawab, membaca novel-novel karya Enny Arrow menjadi sumber pertama pengetahuan mereka tentang seks.
Konon pernah tersiar kabar, pada akhir tahun 2000 polisi menangkap seseorang bernama Suwarto bersama dengan barang buktinya berupa ribuan kopi cetakan stensilan pornografi dianggap sebagai orang di belakang Enny Arrow, namun hingga sekarang tidak ada kabar kelanjutan dari kabar tersebut.
Kalau menelusuri jejak rekam Enny Sukaesih Probowidagdo maka dapat dipastikan bahwa dia lah sesungguhnya orang yang punya nama alias sebagai Enny Arrow. Enny Sukaesih Probowidagdo yang lahir di kecamatan Hambalang kota Bogor pada tahun 1924 adalah wartawan pada masa pendudukan Jepang. Belajar stenografi di Yamataka Agency, kemudian direkrut menjadi salah satu propagandis Heiho dan Keibodan. Pada masa Revolusi Kemerdekaan, Enny Sukaesih Probowidagdo bekerja sebagai wartawan Republikein yang mengamati jalannya pertempuran seputar wilayah Bekasi.
Karirnya sebagai novelis pornografi dimulai pada tahun 1965. Merah di Pelabuhan Djakarta adalah karya novelnya pertama yang dia tulis dengan nama samaran sebagai Enny Arrow. Mengapa Enny Sukaesih Probowidagdo memilih nama Enny Arrow sebagai nama samarannya? Enny Sukaesih pernah bekerja sebagai penjahit pakaian di toko penjahit Arrow di dekat Kalimalang Jakarta. Inilah alasan mengapa dia memilih nama samaran sebagai Enny Arrow.
Enny Sukaesih Probowidagdo meninggalkan Indonesia dan hijrah ke beberapa negara ketika kondisi politik dalam negeri tidak menentu pada masa pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ada tiga negara yang disinggahi Enny Sukaesih Probowidagdo antara lain Filipina, Hong Kong dan terakhir, April 1967 menetap lama di Seattle, Amerika Serikat. Di Seattle, Enny belajar penulisan kreatif bergaya Steinbeck, kumudian rajin mengirimkan tulisan-tulisan sastranya ke koran-koran terkenal Amerika Serikat. Salah satu tulisan sastranya adalah novel berjudul Mirror Mirror.
Enny Sukaesih Probowidagdo kembali ke Jakarta pada tahun 1974. Di Jakarta dia bekerja di salah satu perusahaan asing sebagai copy writer atas kontrak-kontrak bisnis.Semasa kerjanya Enny Sukaesih Probowidagdo rajin menulis, salah satu novel yang dirilisnya berjudul Kisah Tante Sonya. Konon oplah penjualan novel ini mendongkrak di pasaran yang mampu mengalahkan Ali Topan Anak Jalanan karya Teguh Esha. Di pasaran Enny Sukaesih Probowidagdo hanya mengambil keuntungan 50% dari harga jual bukunya.
Mulailah Pada dekade 1980-an, nama Enny Arrow mendapat sambutan luar biasa di khayalak para pembacanya. Mendengar nama Enny Arrow saja, konotasi orang langsung tertuju kepada bacaan khusus kaum dewasa. Ironisnya ketika pada tahun 1995 tersirat ada kabar lelayu bahwa Enny Sukaesih Probowidagdo meninggal dunia tapi tidak satupun orang Indonesia tahu kalau Enny Sukaesih Probowidagdo adalah yang mempunyai nama samaran sebagai Enny Arrow. Inilah seklumit kisah seorang novelis dari anak bangsa sendiri yang dilahirkan dan dibesarkan di tengah arus budaya kemunafikan karakteristik bangsanya.
Selanjutnya bagi kawan-kawan yang penasaran ingin mengetahui dan mengenang kembali novel-novel karya Enny Arrow, maka saya sajikan secara gratis beberapa novel karya Enny Arrow dalam format pdf yang dapat anda unduh di bawah ini. (Joe Hoo Gi)
JOE HOO GI

Peringatan Sebelum Berkomentar:
Komentar yang mengarah ketindakan spam atau tidak berkaitan dengan isi artikel tidak akan dipublikasikan.
EmoticonEmoticon