Dibutuhkan Kepiawaian Membaca Setiap Strategi Jokowi

· | JOE HOO GI | 21/10/2023
Dibutuhkan Kepiawaian Membaca Setiap Strategi Jokowi
Bahkan tidak sedikit kawan politiknya pun menertawakan. Mereka lupa kalau Jokowi sedang menyiapkan infrastruktur agar kalau benar terjadi perang terbuka antara China dan AS, maka Indonesia tidak mati menjadi pelanduk ditengah-tengahnya.

JOEHOOGI.COM -  Nyaris dua periode akan mau dilalui Jokowi tapi tidak sedikit dari kita yang belum mampu atau seringkali salah dalam membaca setiap strategi langkahnya sebagai Presiden . 

Grand strateginya membawa Indonesia emas tahun 2045 dengan menyiapkan infrastruktur yang baik agar mampu memanfaatkan bonus demografi tentunya bisa dirasakan. 

Hanya saja kadang taktiknya yang nyaris tidak dapat terbaca, sama seperti kita masyarakat awam yang disuruh membaca morse Pramuka, hanya bisa menduga-duga untuk membangun cerita seolah-olah lebih tahu dari apa yang dipikirkan seorang Jokowi. 

Bahkan pengamatan dari kawan dan lawan politiknya pun selalu dipecundangi tanpa mempermalukan mereka yang memang sudah kehilangan rasa malunya. Hanya sepak terjangnya menghabisi lawannya begitu nyata. Seperti politisi senior PDIP Panda Nababan pernah mengatakan kalau Suharto menyingkirkan lawan politiknya melalui tangan beberapa jenderal sehingga sering para jenderal tersebut berebut posisi agar dianggap paling dekat dengan Soeharto, tetapi Jokowi tidak perlu orang lain untuk menyingkirkannya. 

Mungkin kita sudah mulai lupa bagaimana Jokowi meniadakan kehadiran Sang Wapres periode pertama dengan membuang orang-orang disekitarnya sebut saja Sudirman Said, Anis Baswedan, Setia Novanto, Rizal Ramli dan Gatot Nurmantyo.

Tidak sampai berhenti di sini saja, Jokowi juga menghabisi mafia minyak dengan membubarkan Petral. Jokowi pun telah  memberangus ormas radikal seperti HTI dan FPI. Bahkan yang lebih dahsyat lagi Jokowi mampu merebut kembali kekayaan tanah air kita dari tangan asing seperti Freeport, Blok Mahakam dan New Mont Nusa Tenggara. 

Jokowi bukanlah presiden yang hanya mampu berkata-kata tanpa tindakan, sebab terbukti Jokowi mampu menghadapi tekanan China, Eropa dan AS seperti WTO dan IMF. Namun sebelum berhadapan, Jokowi telah menyiapkan terlebih dahulu infra dan supra strukturnya. 

Ketika Jokowi membangun pangkalan militer di Natuna, bandara di Mianggas dan Anambas, jalan-jalan raya di Papua dan memperbaiki seluruh pintu masuk perbatasan menjadi lebih bagus dari negeri tetangga, banyak orang mempertanyakan, Untuk apa Jokowi membangun bandara di Mianggas dan Anambas?

Bahkan tidak sedikit kawan politiknya pun menertawakan. Mereka lupa kalau Jokowi sedang menyiapkan infrastruktur agar kalau benar terjadi perang terbuka antara China dan AS, maka Indonesia tidak mati menjadi pelanduk ditengah-tengahnya. 

Bila diperlukan kedua bandara tersebut dapat difungsikan seperti kapal induk menjaga wilayah Indonesia di utara dengan dukungan pesawat tempur dari basenya di Makassar, dan Mianggas mengeliminir serangan dari selatan dengan dukungan pesawat tempur dari basenya di Madiun. 

Daripada membeli kapal induk bekas yang membutuhkan biaya operasional yang cukup besar, seperti kesalahan yang dilakukan Thailand dan India punya kapal induk tetapi tidak mampu mengoperasikan secara maksimal.

Membelah hutan belantara di Papua menjadi jalan-jalan raya telah memudahkan mobilitas alutsista kita menyekat pergerakan KKB yang dapat bantuan dari berbagai negara. Apalagi wilayah Papua telah dipecah kembali menjadi sekian provinsi justru akan melemahkan kekuatan KKB dan membuat AS harus gigit jari.

Suara nyinyir dari negara negara di Pasifik dirangkul dan dielus oleh Jokowi. Mereka didatangi dan diundang dalam konfrensi negara kepulauan. Dua negara yang dulu vokal menyuarakan kemerdekaan Papua Barat kini malah memuji Indonesia di PBB. Masih membekas dalam ingatan kita apa yang diucapkan oleh Solomon dan Timor Leste dalam sidang PBB lalu.

Sebelum China semakin agresif mengklaim berbagai bagian wilayah di laut China Selatan, Jokowi sudah lebih dahulu membentengi kepulauan Natuna, dibangun secara fisik untuk rakyat, dibuat markas angkatan laut, bandara diperbaiki, laut natuna utara digemakan dan terakhir melebur penjaga pantai menjadi semacam coast guard. Makanya China tidak berani seperti memainkan Philipina yang berseteru di laut yang sama.

Cukup dengan hilirisasi tambang nikel. Melawan kecongkakan IMF cukup membeli 10 % sahamnya, maka pembesar IMF ampun ampun atas kesalahannya untuk meminta indonesia melepas ekspor bahan mentah tambangnya. Strategi tingkat dewa yang sulit dipahami oleh lawan dan kawannya terpaksa menyembunyikan kekagumannya.

Langkah ini melambungkan namanya ke panggung politik tingkat dunia sebagai salah satu presiden terbaik di dunia ini. Bukan hanya Jokowi, dia juga menenteng Sri Mulyani sebagai Menkeu terbaik di dunia.

Lalu apakah dengan prestasi dan legacy yang akan ditinggalkan tersebut, Jokowi bertindak bodoh dan tolol untuk mengakhiri kekuasannya dengan game over bad ending story. Jokowi terlalu cantik permainannya. Hanya para pengamat yang gegabah menilainya, hanya karena ada capres yang kepepet dompleng nama besar Jokowi, sehingga selalu menenteng nama Gibran lalu netizen berbalik arah menyebut Jokowi membangun politik Dinasti. 

Kalau tidak anak presiden mana mungkin Gibran yang berusia under forty bisa jadi Walikota. Kemarin malah Golkar dan PDIP sendiri yang seakan mengklarifikasi, kalau Golkar dan PDIP memiliki selusin Bupati dan Walikota yang under forty, apa mereka semua karena katabelece

Inilah hebatnya Jokowi, fakta yang akhirnya mengungkapkan. Kini yang dulu gencar mendukung Jokowi, sekarang malah berbalik arah menggiring opini menihilkan peran Jokowi.

Kalau dilakukan oleh partai pendukung seperti PDIP dan kawan-kawan, kita dapat memakluminya. Nama Jokowi memang harus mulai diturunkan, agar Ganjar bisa tampil menjadi dirinya sendiri menjauhkan diri dari bayang-bayang Jokowi. 

Ibarat sebuah perusahaan, Megawati Soekarnoputri sedang menyiapkan launcing sebuah Produk Baru bernama Ganjar dan Mahfud. Agar produk baru bisa diterima, maka produk ini harus dikemas rapi dan formulanya tidak jauh berbeda dari Jokowi. Sehingga market bisa menerima Ganjar-Mahfud sebagai sebuah produk yang memiliki kualitas yang lebih baik dari Jokowi dengan kemasan design produk yang dapat diterima kaum milineal dan gen Z yang memiliki suara 62% dalam pemilu 2024. 

Ibarat life cycle sebuah produk, Jokowi saat ini sudah dipuncaknya dan grafik akan menurun. Kalau seorang Brand Manajer maka akan dilakukan relaunch agar produk tampil kekinian, dengan biaya yang lebih murah.

Tetapi sang marketing director Megawati Soekarnoputri yang di mata banyak orang dianggap arogan ternyata punya strategi yang lebih berani. Mengapa mesti relaunch kalau bisa launch di market yang sedang berubah? 

Karena Mega tahu dia memiliki  resources yang cukup untuk itu. Sepuluh tahun berkuasa, PDIP didukung Harry Tanoesudibyo pasti memiliki energi besar untuk melakukan launching Ganjar-Mahfud.  Konsekwensinya tentunya harus menarik tim relawan Jokowi dan diganti dengan tim relawan Ganjar. Karena ini launching bukan sekedar relaunch apalagi minor relaunch.

Bagaimana menggarap market kelas menengah atas, kaum cendikiawan, santri dan minoritas, Mahfud Md jawabannya. Ini langkah yang sangat cerdas. Untuk mendukung langkah besar launching Ganjar-Mahfud. Teaser ads sudah mulai di tayangkan sejak bulan lalu kalau Anda cerdas mengamati, maka tinggal menayangkan iklan utama dalam beberapa hari ke depan.

Ganjar sendiri sudah melakukan sejak bulan lalu, dia hadir di mana-mana tidak menenteng Gibran atau Kaesang, karena kalau dia mau dia bisa membawanya. Tapi dengan yakin dia sengaja tidak melakukan, agar tidak terus berada dibalik bayangan Jokowi. Ganjar yakin memiliki kualitas diri, rekam jejak, bersih fisioner dan merakyat. 

Jokowi punya Jan Ethes sebagai gimmick, Ganjar punya Alam yang besar tanpa memanfaatkan fasilitas sebagai seorang pejabat. Mahfud Md benar-benar menjadi expert yang paham betul bagaimana eksekutif, yudikatif dan legiskatif bekerja sebab ketiganya sudah pernah dicicipinya.   

Makanya sebagai masyarakat, kita harus sabar membaca langkah langkah bagawan politik yang terkadang jauh dari apa yang dibayangkan, apalagi sampai baper. Para oengamat pun sering keliru menafsirkan. Namanya juga pengamat bisa benar tapi cenderung lebih banyak salahnya.

Akhirulkalam, yang pasti kita harus cerdas untuk memilih agar Indonesia emas 2045 terwujud. (R.Roland.A,SH)

Follow JOE HOO GI







Baca Lainnya

    Artikel Terkait