Sekali Lagi Memahami Intonasi Jiwa Keperangaian Seorang Ahok

Sekali Lagi Memahami Intonasi Jiwa Keperangaian Seorang Ahok

Jika kita mau memahami seorang anak bangsa sendiri bernama Basuki Tjahaja Purnama alias  Ahok  dalam karakteristiknya sebagai manusia yang intonasi jiwa keperangaiannya sangat keras tanpa  tedeng aling-aling, non kompromis dan menganggap semua dihadapannya harus tunduk dan takluk pada intonasi jiwa keperangaiannya, maka segalanya akan clear dalam memahami setiap kasus yang berkaitan dengan Ahok.

Hak PK Kok Tidak Boleh, Izinkan Saya Tertawa

Hak PK Kok Tidak Boleh, Izinkan Saya Tertawa

Izinkan saya tertawa sembari tangan kananku menepuk-nepuk jidat dan tangan kiriku memegang perut agar imbas terpingkalnya tak sampai menohok ke perut. Terus terang saja baru pertama kali ini kuhadapi para badut terkocak di seantero dagelan dari kebudayaan manusia sepanjang masa.

Dagelan PA 212

Dagelan PA 212
Dulu saat tahun masih 2016 kalian merengek-rengek kepada Presiden Republik Indonesia agar hukum tidak diintervensi untuk tidak melindungi  sang pelaku kriminal Basuki Tjahaja Purnama.  Bahkan untuk menggertak hukum konon demi tegaknya equality before the law kalian telah hadirkan jutaan massa mengepung Jakarta.

Ahok To Be Continueted

Ahok To Be Continueted

Awalnya saya tidak tahu ketokohan anak bangsa bernama Ahok. Tapi bergulirnya waktu demi waktu dari mengalirnya peristiwa demi peristiwa namanya mulai terus semakin membesar membumbung tinggi-tinggi sekali tidak hanya untuk warga Jakarta, tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, tapi kepopularannya terus menggerus di mata masyarakat internasional dari mulai negara-negara adikuasa hingga menerobos ke segala penjuru negara-negara berkembang.

Penjaramu Adalah Kado Persembahan Politik Identitas Angkara Kebencian

Penjaramu Adalah Kado Persembahan Politik Identitas Angkara Kebencian

Inilah yang terjadi jika Negara Kesatuan Republik Indonesia dikemas dalam bingkai politik yang saling berkonspirasi untuk saling memangsa antar anak bangsa sendiri. Negara akan kehilangan keseimbangan dan hanya tinggal menunggu karam jika antar anak bangsa sendiri dibiarkan saling berlomba menabur ambisi angkara kebencian. Sementara kawan dan lawan samar dari pandang mataku. Semua ditentukan dalam tolok ukur politik identitas. Perbedaan bukan lagi kebersamaan sebab Agama telah kehilangan rahmatan lil 'alamin.

Apa Yang Salah Pada Lilin?

Apa yang salah pada lilin jika realitas sampai hari ini di kampung-kampung dan pada setiap pemadaman listrik banyak warga beralih ke lilin sebagai penerangan sementara?

Ahok Dan Democracy Failur

Ahok Dan Democracy Failur

Stop rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer).

Kaitan Tidak Terkait Antara Kasus Permadi Dan Ahok

Pada sekisar tahun 1994 dan 1995 ketika Indonesia masih di bawah rezim otoriter Suharto, saya yang waktu itu masih sebagai mahasiswa selalu intens mengikuti perjalanan politik Permadi,SH sebagai oposan yang selalu intens mengkritisi kebijakan rezim Orde Baru. Pada waktu itu masyarakat luas mengenal Permadi sebagai sosok public figure  yang bergerak di bidang paranormal politik.

Hanya Tiga Suku Kata Asal Bukan Ahok

Hanya Ada Tiga Suku Kata: Asal Bukan Ahok

Sebelum Ahok sang penista menista, Ahok sudah dinista-nista dari Sumber Waras sampai Reklamasiditambah surah Al-Maidah-51Meski tak ada niat Ahok melakukan penistaan, Ahok akan tetap dinista-nista sebab target harapan mereka hanya ada tiga suku kata: Asal Bukan Ahok. 

Selamat Jalan Bung Sarlito Wirawan Sarwono

Selamat Jalan Bung Sarlito Wirawan Sarwono

Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun. Selamat jalan Bung Sarlito Wirawan Sarwono, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Betapa tidak sedikit esai buku-bukumu acap menjadi bacaanku sehari-hari.

Dari Gie Sampai Ahok

 

Dari Gie Sampai Ahok

Tak terasa sudah empat puluh tujuh tahun usia pusara kepulangan Gie kepadaNya tapi cita-citamu sampai kini masih aku rasakan sebagai wacana tidak berbalas, mimpi buruk tidak berbatas dan harapan kosong tidak berbelas.

Maunya Mengalahkan Ahok Tapi Strategi Rival Malah Menguntungkan Ahok

Maunya Mengalahkan Ahok tapi Strategi Rival Malah Menguntungkan Ahok

Ketika adanya pertemuan koalisi para elite partai politik yang terdiri dari Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN di Cikeas, di kediaman rumah mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sekaligus sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, spontan yang terlintas dalam benak pikiran saya adalah siapakah gerangan calon Gubernur DKI Jakarta 2017 yang akan bakal direkomendasikan oleh kubu koalisi Cikeas? Waktu dalam pertemuan kubu koalisi Cikeas itu tidak terlintas dalam pikiran saya kalau nantinya Mayor Infanteri Agus Harimurti Yudhoyono, yang notabene merupakan putera sulungnya SBY, yang bakal direkomendasikan oleh kubu koalisi Cikeas sebagai calon Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Surat Terbuka Kepada Ratna Sarumpaet

Surat Terbuka Kepada Ratna Sarumpaet

Tulisan berjudul Ahok dan Euforia Turunan Singkek yang ditulis oleh Go Teng Sin dan dimuat di Kompasiana yang kemudian tulisan Go Teng Sin tersebut dishared oleh Ratna Sarumpaet ke akun Facebook  -nya, telah saya baca. Alhasil setelah saya membaca tulisan tersebutsaya tidak dapat menemukan pesan korelasinya dengan sosok seorang anak bangsa bernama Ahok alias Basuki Tjahaya Purnama. 

Anda Seorang Rasis? Jangan Memilih Ahok

Anda Seorang Rasis? Jangan Memilih Ahok

Seorang kawan bertanya kepada saya. Jika saya seorang warga DKI Jakarta maka bagaimana sikap saya terhadap sosok anak bangsa sendiri bernama Ahok?

Ahok Beretiket Setan Tapi Beretika Malaikat

Ahok Beretiket Setan Tapi Beretika Malaikat

Mana yang harus saya pilih, manusia beretiket setan tapi beretika malaikat atau manusia beretiket malaikat tapi beretika setan?

Menolak Dikendalikan Partai Politik Kecuali Rakyat Yang Mengusungnya

Menolak Dikendalikan Partai Politik Kecuali Rakyat Yang Mengusungnya

Dilema yang senantiasa dihadapi oleh seorang pemimpin di Indonesia dari mulai Kepala Daerah hingga sampai Kepala Negara dalam mengambil sebuah keputusannya yang harus dipertimbangkan adalah di satu sisi apakah harus memperhatikan kepentingan suara rakyat yang telah mempercayai untuk memilihnya sebagai seorang pemimpin, atau di sisi lain apakah harus memperhatikan kepentingan suara partai politik yang mengusungnya sebagai seorang kandidat pemimpin?

Dapatkan Pemberitahuan Setiap Ada Artikel Terbaru