Membongkar Pembohongan Publik Dalam Usaha Mengkambinghitamkan Rokok ( Part 1)

Membongkar Pembohongan Publik Dalam Usaha Mengkambinghitamkan Rokok ( Part 1)
 
Selama ini berbagai research institutions  dan religion institution gencar melakukan kampanye anti merokok. Tapi anehnya upaya ini terlalu dipaksakan dan ada maksud greater interest dari  campaign yang dimaksud. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membela perokok, tetapi untuk membangunkan orang dari pembohongan publik dibalik larangan merokok.

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, industri rokok di Indonesia  memberi nilai tambah tinggi kepada negara. Total industri rokok melibatkan Sumber Daya Manusia kurang lebih 30.500.000 per orang. Tahun 2008 Pada saat krisis ekonomi 1998, industri rokok satu di antara sedikit industri yang mampu bertahan dari guncangan ekonomi. 

Bahan-bahan untuk membuat rokok kretek atau rokok khas Indonesia, 96% terbuat dari bahan lokal produksi Indonesia. Tembakau sebagai sumber utama rokok kretek 98% adalah tembakau asli yang diusahakan oleh para petani. Yang unik adalah sebagai tembakau rajangan bentuk hasil akhir masuk ke pabrik. Tembakau rajangan tersebut, jenis Temanggung, Mranggen, Muntilan, Weleri, Madura, Wringin, Garut dan lain-lain tidak bisa dieksport. Tembakau rajangan sebagai bahan utama dan hanya bisa digunakan untuk pembuatan rokok kretek. 

Indonesia merupakan produksi cengkeh pertama di dunia. Cengkeh merupakan bahan dasar kedua pembuatan rokok kretek setelah tembakau sebagai bahan dasar pertama. Cengkeh sebagai kekayaan sumber daya alam Indonesia yang ditanam dan dipanen sepanjang tahun terbentang dari Sabang sampai Merauke. 

Inilah wujud Rokok Kretek yang khas, unik dan khusus produk anak bangsa sendiri sejak nenek moyang yang menjadi kebanggaan bangsa dan kekayaan budaya. Industri kretek sebagai cluster industri rokok yang berbasis agrobisnis mempunyai kontribusi besar dalam APBN, peran ekonomi, penyerapan tenaga kerja, sosial budaya, pendidikan, olahraga, lingkungan dan lain sebagainya. 

Terdapat perang besar antara industri farmasi dan industri rokok. Hanya bedanya, industri farmasi berdalih sebagai 'dewa kesehatan' dan menyerang industri rokok sebagai ‘setan kesehatan’. Padahal dalam banyak hal industri farmasi tak kalah jahat. Lihat praktek-praktek pemberian obat-obatan di rumah sakit dan di apotik-apotik. Di negara Eropa dan Amerika, pasar rokok sudah sampai pada titik maksimal. 

Sehingga mereka harus masuk ke pasar Indonesia dan bahkan berusaha mengakuisi perusahaan-perusahaan rokok di Indonesia. Tetapi karena elemen penting rokok adalah tembakau yang diproduksi di Indonesia, mereka menyerang rokok kretek sebagai rokok khas Indonesia sebab jika berhasil maka tembakau yang dipakai kelak akan diimpor dari negara lain.

Jadi, masihkan kita percaya pada kampanye bahaya merokok yang dianggapnya sebagai merusak kesehatan manusia? Padahal kenyataannya hanyalah persoalan persaingan industri sehingga pemalsuan penelitian diadakan guna untuk pembohongan publik dan mitos.

Benarkah merokok dapat menyebabkan kesehatan terganggu? Paul A.Lachance mengatakan tubuh manusia terdiri dari 63 triliun sel. Setiap harinya tubuh mengalami mutasi 5000 hingga 50.000 sel. Mutasi disebabkan faktor makanan, minuman, stress, obat-obatan, lingkungan, radio aktive dan polutan.

Carl Zimmer yang mengutip pernyataan Judith Campisi dalam artikelnya berjudul Ageing: Balancing Regeneration and Cancer yang dibuat di Nature,443,p.404 (2006), bahwa setiap saat sel membelah akan terjadi risiko pengembangan sel kanker. Setiap manusia memiliki homeostatis dalam tubuhnya. Homeostatis inilah yang telah memberi daya tahan tubuh pada mansuia. 

Pada saatnya homeostatis mengalami penurunan yang disebabkan faktor bertambahnya usia. Tapi homeostatis ini akan terus mengalami kemampuan jika sel, protein, kelenjar dan organ yang berada di dalam tubuh manusia tetap terprogram sehingga mampu menjaga sistem keseimbangan tubuh. Sitem imunitas tubuh pada manusia menentukan status kesehatan seseorang. 


Homeostatios akan menentukan kesehatan manusia secara fisikal dan psikis. Faktor makanan, minuman, obat-obatan dan stress akan berpengaruh kepada sistem kekebalan tubuh sehingga manusia mudah jatuh sakit. Di sini ternyata pikiran adalah mitra sistem imunitas kesehatan. Pikiran yang stabil merupakan kunci utama menjaga keseimbangan tubuh.

Karenanya yang perlu dicapai bukan hanya GNP tinggi tetapi juga Gross National Happiness (GNH), inilah kunci sehat dan umur panjang. Pada tahun 1980 WHO pernah membuat sebuah proyek Monitoring of Trends and Determinants in Cardivascular Disease (MONICA) yang bertujuan menjelaskan berbagai kecenderungan kematian penyakit kardiovaskuler sejak 1970 dan menghubungkan faktor perubahan risiko dalam populasi periode sepuluh tahun (1980-1990). 

Ada 32 sentra kolaborasi MONICA dibentuk 10 juta responden di 21 Negara yang terdiri dari pria dan wanita berusia 25 sampai 64 tahun. Hasilnya tidak ada hubungan antara trend faktor risiko utama kardiovaskuler seperti koletesterol serum darah dan tekanan darah terhadap konsumsi rokok. Juga tidak ada hubungan antara konsumsi rokok terhadap stroke dan penyakit jantung koroner. 
  
Ternyata penyakit kardiovaskuler tersebut disebabkan karena defisiensi asam folat (folic acid). Misalnya pada ibu hamil memerlukan asam folat lebih tinggi daripada sebelum hamil, bisa fatal dalam pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Menurut Adler Morris, ada empat faktor berpengaruh termasuk Neurochemistry, Reflexes, Psikologikal dan Sosial terjadi sebagai kodrat manusiawi. Habituasi atau adiksi karena memang di otak terdapat nikotin reseptor. Demikian juga reflexes sebagai tipe stimulus Pavlovian sangat manusiawi. 

Paracelsus menjelaskan tidak ada racun didunia, yang ada adalah dosis yang tidak benar mendorong kita untuk mencari takaran merokok yang pas. Memang tidak ada yang pas, sangat induvidual karena rentangan NAB setiap orang sangat beda dan berpengaruh. Sehat bisa dirasakan tetapi tidak sama dari seorang ke orang lain. Yang kita perlukan adalah kemampuan diri kita untuk mengendalikan konsumsi apapun agar tidak berlebihan dan di luar kemampuan tubuh kita, termasuk konsumsi rokok. Dimensinya adalah frekuensi dan jumlah konsumsi. Perhatikan half-life time nikotin yang hanya 30 menit. Bagaimana memperpanjangnya agar tubuh tidak sangat haus konsumsi lagi? Hal ini bisa dicapai dengan merubah pola makanan dari MPA, makanan penghasil asam menjadi MPB, makanan penghasil basa. Hal ini akan merubah frekuensi dan secara tidak langsung akan merubah jumlah konsumsi per hari. 

Menurut Judith Campisi, setiap sel normal yang membelah berisiko menjadi berkembangnya sel kanker. Pada makanan, minuman, obat-obatan, polusi udara terdapat karsinogen sekunder. Konversi karsinogen sekunder menjadi karsinogen primer diperlukan adanya kofaktor, kokarsinogen, karsinogen promotor, DNA/RNA dan lain-lain. Konversi karsinogen sekunder menjadi karsinogen primer yang membentuk sel kanker diperlukan waktu sekitar 20~30 tahun. Tentang half-life time nikotin dalam tubuh hanya 30 menit. Nikotin dalam Media Model bukan tergolong physical dependence tetapi psychological dependence, tidak ada bukti euphoria, tidak ada drug abuse, tidak ada fly, climb a mounting seperti ketika orang mengkonsumsi opium. Perokok masih under control secara individual. Secara masyarakat tak ada hubungan dengan subculture of crime dan prostitusi seperti dampak oleh hard drugs

Menurut WHO ada 10 sebab kematian manusia: jantung koroner, stroke, trachea/paru/bronchus, infeksi pernafasan, kanker kolon, alzheimer, diabetus melitus, kanker payudara, kanker usus dan PPOK. Dari sepuluh sebab kematian tersebut ternyata 53,3% di negara berpenghasilan tinggi, 44,4% berpenghasilan menengah dan 29,9% dinegara berpenghasilan rendah. Konsumsi rokok tertinggi adalah Yunani 4313 batang/tahun (bot), Hongaria 3265 bot, Kuwait 3062 bot, Jepang 3023 bot dan Spanyol 2779 bot. 

Di Jepang angka kematian kanker paru lebih terendah jika dibandingkan dengan Amerika Serikat karena konsumsi energi lemak di Jepang hanya 8% dari kebutuhan energinya sedangkan Amerika Serikat konsumsi lemaknya 40% dari kebutuhan energinya. 

Sejak dekade 80 telah terberitakan pembohongan publik bahwa setiap 11 detik satu orang meninggal karena rokok dan sekarang diberitakan setiap 3 detik satu orang meninggal karena rokok. Apakah pernah dinyatakan dalam certificate of death bahwa kematian mereka memang karena konsumsi rokok? 

Data statistik membuktikan bahwa hubungan penyakit dan angka kematian tidak sebagai cermin data riset hidup sebenarnya. Tidak ada hubungan kuantitatif dan kualitatif yang nyata. Orang Jepang perokok berat, 3023 batang/tahun, tetapi angka kematian kanker paru terendah didunia. 

Menurut Harvard Medical School, orang Jepang dalam diet harian konsumsi sumber energi dari lemak hanya 8% dibandingkan konsumsi orang Amerika 40% berasal lemak. Ada lagi pembohongan publik perihal issue merokok passif ditempatkan sebagai perkosaan terhadap pernafasan orang atau dengan kata lain non perokok lebih menderita daripada perokok. 

Memang ada orang yang tidak tahan terhadap bau asap rokok. Ini persoalan etika saja untuk menghargai orang lain. Tapi patut diketahui bahwa non perokok yang berdekatan dengan perokok sesungguhnya jalannya asap rokok larinya melambung ke atas karena temperatur asap lebih tinggi. 

Dari hasil penelitian terhadap ratusan caffee yang dilengkapi extractor diatas kepala, setelah cafe tutup sekitar durasi 4 jam ternyata pengunjung non-perokok dapat paparan ekivalen merokok satu batang kalau dia tinggal di caffee selama 105 jam. Kalau 70 juta batang rokok dibakar di Jakarta per hari akan memberikan total particulate mater sebanyak 5 ton. 

Sesungguhnya asap yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah asap polusi dari pembakaran Bahan Bakar Minyak. Kalau 200 ribu kiloliter BBM dibakar sehari akan menebarkan 100 ton particulate mater. Belum lagi di Jakarta asap polusi yang keluar dari cerobong industri dan pesawat terbang akan ada total 205 ton per hari. Padahal jika dibandingkan asap rokok kontribusi particulate mater hanya 2,4%. 

Ada pembohonggan publik yang mengatakan bahwa kandungan rokok mengandung bahan adiktif nikotin sebagai bahan yang bertanggung jawab atas kecanduan seseorang yang merokok telah disamakan dengan sifat adiksi heroin, opium dan cocain yang selalu menuntut tambah dosis. Tuduhan ini sangat berlebihan bahkan British Medical Association menyarankan anggota dokternya agar tidak menggunakan kata adiksi sebab kata tersebut membawa impresi bahwa tidak mungkin seorang perokok bisa berhenti, ini memungkinkan. 

Memang untuk nikotin dalam situasi asam akan mudah membentuk garam karenanya cepat diekskresikan lewat urine. Waktu-paruh hanya 30 menit. Dengan diet MPB akan mudah tuduhan adiksi tersebut diatasi. Nampaknya kata adiksi sesungguhnya salah aplikasi dalam konteks nikotin dan tembakau. Lihat posisi nikotin terhadap bahan-bahan tergolong NAFZA, baik ditinjau dari tingkat ketergantungannya dan tingkat asseptabilitasnya. 

Merokok mengganggu kesehatan ibu hamil dan anak-anak? Sesungguhnya sejak awal industri rokok berdiri tidak memasarkan rokok untuk anak dan ibu hamil. Ibu-ibu lebih rasional dalam menentukan keputusan merokok. Sejak dulu kala memang rokok tidak dibuat untuk anak-anak. Tidak ada niatan dan kesengajaan bahwa rokok untuk anak-anak. Pergaulan dalam lingkungan anak-anak yang sangat berpengaruh. Perlu perhatian serius orang tua dan sekolah tehadap lingkungan dan berkembang-tumbuhnya anak-anak kita ke depan. 

Saat ini nampaknya guru dan sekolah lebih berperan daripada orangtua murid dan kalangan rumah tangga. Tetapi kalau ibu hamil dan anak-anak lebih ingin sehat, beranikah para anti rokok birkampanye melarang semua mobil yang jelas-jelas membuang polutan sangat besar di udara? Beranikah para anti rokok protes bahwa mie instan harus ada kalimat larangannya untuk mengonkonsumsi dalam rentang hari tertentu karena mengandung MSG dan lapisan lilin? 

Kenapa para anti rokok tidak protes dengan tempe dan tahu yang dibuat dari kedelai transgenik. Kenapa pula para anti merokok tidak pernah berteriak tentang awas ikan laut yang di beberapa laut Indonesia mengandung kadar merkuri yang sangat besar karena lautnya sudah tercemar? (Joe Hoo Gi)

JOE HOO GI

 Melalui sajian kolom komentar di bawah sampaikan kepada kami komentar kritik, saran dan pertanyaan Anda yang berkaitan dengan artikel: Membongkar Pembohongan Publik Dalam Usaha Mengkambinghitamkan Rokok ( Part 1)




Peringatan Sebelum Berkomentar:
Komentar yang mengarah ketindakan spam atau tidak berkaitan dengan isi artikel tidak akan dipublikasikan.
EmoticonEmoticon

Dapatkan Pemberitahuan Setiap Ada Artikel Terbaru