Jika kita mau memahami seorang anak bangsa sendiri bernama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam karakteristiknya sebagai manusia yang intonasi jiwa keperangaiannya sangat keras tanpa tedeng aling-aling, non kompromis dan menganggap semua dihadapannya harus tunduk dan takluk pada intonasi jiwa keperangaiannya, maka segalanya akan clear dalam memahami setiap kasus yang berkaitan dengan Ahok.
Sekali Lagi Memahami Intonasi Jiwa Keperangaian Seorang Ahok
Hak PK Kok Tidak Boleh, Izinkan Saya Tertawa

Izinkan saya tertawa sembari tangan kananku menepuk-nepuk jidat dan tangan kiriku memegang perut agar imbas terpingkalnya tak sampai menohok ke perut. Terus terang saja baru pertama kali ini kuhadapi para badut terkocak di seantero dagelan dari kebudayaan manusia sepanjang masa.
Dagelan PA 212
Ahok To Be Continueted

Awalnya saya tidak tahu ketokohan anak bangsa bernama Ahok. Tapi bergulirnya waktu demi waktu dari mengalirnya peristiwa demi peristiwa namanya mulai terus semakin membesar membumbung tinggi-tinggi sekali tidak hanya untuk warga Jakarta, tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, tapi kepopularannya terus menggerus di mata masyarakat internasional dari mulai negara-negara adikuasa hingga menerobos ke segala penjuru negara-negara berkembang.
Penjaramu Adalah Kado Persembahan Politik Identitas Angkara Kebencian

Inilah yang terjadi jika Negara Kesatuan Republik Indonesia dikemas dalam bingkai politik yang saling berkonspirasi untuk saling memangsa antar anak bangsa sendiri. Negara akan kehilangan keseimbangan dan hanya tinggal menunggu karam jika antar anak bangsa sendiri dibiarkan saling berlomba menabur ambisi angkara kebencian. Sementara kawan dan lawan samar dari pandang mataku. Semua ditentukan dalam tolok ukur politik identitas. Perbedaan bukan lagi kebersamaan sebab Agama telah kehilangan rahmatan lil 'alamin.
Apa Yang Salah Pada Lilin?

Apa yang salah pada lilin jika realitas sampai hari ini di kampung-kampung dan pada setiap pemadaman listrik banyak warga beralih ke lilin sebagai penerangan sementara?